10 QUOTE INSPIRATIF DARI BUKU "MENCARI KETENANGAN DI TENGAH KESIBUKAN"
Perbuatan maksiat adalah faktor terbesar yang menghapus barokah usia, rezeki, ilmu, dan amal. Setiap waktu yang anda gunakan untuk maksiat kepada Allah, setiap harta, fisik, kedudukan, ilmu, dan amal yang anda gunakan untuk maksiat kepada-Nya, maka sebenarnya semua bukan milik anda. (Ibnul Qayyim). (Hlm. 36)
------------------------
Kita terasing di tengah keramaian karena ada yang sakit pada jiwa kita, dan ada yang gelap pada hati kita. (Hlm. 52)
------------------------
Berbahagialah orang yang rendah hatinya, halal penghasilannya, bersih jiwanya, dan mulia akhlaknya. Orang seperti itu akan mengalahkan kelebihan hartanya, sementara menahan kelebihan ucapannya, menjauhkan kejahatan dirinya dari orang lain, mengikuti sunnah, dan tidak termasuk ke dalam kelompok pembuat bidah. (Ali bin Abi Thalib). (Hlm. 58)
------------------------
Zakat bukanlah pemberian kita kepada orang-orang yang berhak menerima, tetapi pembayaran atas hak mereka yang dititipkan Allah kepada kita, sehingga kitalah yang berkewajiban menunaikan. (Hlm. 67)
------------------------
Sangat banyak hal yang bisa dibeli dengan harta. Tetapi lebih banyak lagi yang tidak. Uang bisa membeli tempat tidur yang mewah, tetapi tidak untuk kenikmatan tidur di atasnya. Uang bisa membeli rumah besar dan lapang, tetapi tidak untuk kelapangan jiwa dan ketentraman hati orang-orang yang tinggal di dalamnya. (Hlm. 107)
------------------------
Harta yang buruk akan membawa kita pada sempitnya dada, sumpeknya kehidupan, gelisahnya hati dan dekatnya kita pada keburukan. Kita mudah merasakan kehilangan yang besar, meski sesungguhnya hampir-hampir tak ada yang berkurang pada harta kita. Kita hidup tapi kosong dari makna. Kita terhibur, tetapi jiwa kita letih dan hati kita sakit. (Hlm. 109)
------------------------
Para pembicara publik, mubaligh, ustad atau yang mengustadkan diri, sering terjebak pada kecerobohan. Mereka memaksakan diri untuk menjawab apa yang mereka sama sekali tidak mempunyai ilmunya, belum memahami masalahnya, dan tidak mengerti kedudukan masalahnya. Salah satu sebabnya adalah ketakutan dianggap bodoh atau khawatir kredibilitasnya jatuh. (Hlm. 359)
------------------------
Ketika kita ingin meneguhkan tekad berdakwah mengajak manusia pada hidayah, harus ada yang kita pahami bahwa kemenangan tidak sama dengan riuh-rendahnya tepuk tangan. Kemuliaan bukanlah tertunduknya kepala manusia untuk memberi hormat, tetapi jinaknya hati untuk lebih dekat kepada ilahi. (Hlm. 328)
------------------------
Sebuah goresan pena tajamnya bisa melebihi seribu pedang. Karena itu, berhati-hatilah memilih kata karena ia dapat mengubah kegembiraan menjadi genangan air mata duka. Karena kata-kata pula, kesedihan bisa berubah menjadi senyuman bahagia. (Hlm. 338)
------------------------
Kita bisa tersenyum kepada orang lain hanya apabila orang tersebut termasuk dalam kelompok kita. Tetapi kita mudah curiga, hanya karena mereka datang dari kelompok yang berbeda. Padahal, sama-sama mengakui tiada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusannya. (Hlm. 141)
------------------------
Referensi:
Mohammad Fauzil Adhim. (2012). Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan. Yogyakarta: ProU Media.
Reviewed by upload buku
on
September 18, 2023
Rating:

Tidak ada komentar